TUGAS
I
ILMU
BUDAYA DASAR
“KEBUDAYAAN NIPPON”
Dosen : Auliya Ar Rahma
Oleh
:
Ira Rochimah
1C114882
1KA08
SISTEM
INFORMASI
FAKULTAS
ILMU KOMPUTER TEKNOLOGI INFORMASI
MARET
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Manusia
mendiami wilayah yang berbeda, dan berada
di lingkungan yang berbeda juga. Hal ini membuat kebiasaan, adat istiadat,
kebudayaan dan kepribadian setiap manusia disuatu
wilayah berbeda dengan yang lainnya. Namun secara garis besar terdapat tiga
pembagian wilayah, yaitu : Barat, Timur Tengah, dan Timur. Kepribadian
diartikan sebagai suatu pola sikap yang mencerminkan
sifat atau karakter seseorang dengan lingkungannya. Bangsa timur diartikan suatu bangsa yg cukup
menjunjung tinggi norma kesopanan.
Kepribadian Bangsa Timur dapat diartikan
sebagai suatu sikap yang dimiliki oleh suatu negara yang menentukan penyesuaian
dirinya yang unik dan karakter yang mencerminkan masyarakat yang
menganut budaya,ke-khasan, pola pikir dan kebiasaan dari daerah Timur.
Bangsa
Timur dikenal dunia sebagai bangsa yang ramah dan bersahabat. Orang – orang
dari wilayah lain sangat suka dengan kepribadian bangsa Timur yang tidak
individualistis dan saling tolong menolong satu sama lain. Hal tersebut bagi
bangsa timur merupakan suatu sikap yang bertujuan untuk mempererat tali
persaudaraan. Bangsa
timur identik dengan benua asia yang penduduknya sebagian besar berambut hitam,
berkulit sawo matang dan ada pula yang berkulit putih, dan bermata sipit.
Sebagian besar cara berpakaian orang timur lebih sopan dan tertutup mungkin
karena orang timur
kebanyakan memeluk agama islam dan menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku. Serta terdapat ciri khas dalam
berbagai negara yang memiliki kepribadian yang unik. Misalnya, orang di negara Jepang selalu
membungkukkan badan mereka tanda hormat apabila bertemu dengan orang lain. Bangsa
Timur masih memiliki
kebiasaan dan adat istiadat yang masih sangat kental. Contohnya saja negara
Korea. Mereka masih menggunakan hanbok pada saat-saat hari penting. Misalnya
seollal atau tahun baru Korea,
ulang tahun anak pertama ( doljanchi), pernikahan, dan festival-festival yang
biasa dirayakan di Korea. Dan pada saat pernikahan umumnya kedua mempelai
diwajibkan minum soju. Bangsa
Timur pun masih sangat
percaya dengan mitos. Contohnya di
Jepang, orang-orang biasanya menikah di musim semi berharap pernikahan mereka
akan bahagia. Atau yang lebih parah lagi, mereka sangat percaya dengan
dukun/paranormal. Jepang, meskipun sudah menjadi negara maju, namun
masyarakatnya masih sangat percaya dengan mistis.
Berdasarkan keunikan adat,budaya dan
kepribadian Bangsa timur, Saya ingin membahas makalah mengenai salah satu adat,
budaya kepribadian serta tingkah laku dari bangsa Jepang yang berjudul “KEBUDAYAAN NIPPON”
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang yang telah
diuraikan diatas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1.
Bagaimana
kebudayaan Bangsa Jepang?
2.
Bagaimana adat
istiadat Bangsa Jepang?
3.
Bagaimana
tingkah laku atau kebiasaan Masyarakat Jepang?
BAB II
ISI
A.
Kebudayaan
Jepang merupakan Negara yang di
juluki Negara matahari dan Negara bunga sakura, mengapa demikian? Karena di
Negara jepang mayoritas beragama Shinto yang menyembah matahari sehingga
disebut Negara Matahari, sedangkan julukan Negara Bunga Sakura di berikan
karena banyak bunga sakura yang tumbuh di tanah jepang. Negara Jepang kaya dengan berbagai kebudayaan
leluhurnya yang beraneka ragam. Walaupun saat ini perkembangan teknologi di
Jepang terus berkembang dalam hitungan detik , namun sisi tradisional
masuh terus dilestarikan hingga sekarang ini. Berikut ini adalah salah satu
dari berbagai macam kebudayaan Jepang yang masih terus berlangsung hingga saat
ini :
Matsuri
(祭, Matsuri) adalah kata dalam bahasa Jepang yang menurut
pengertian agama Shinto berarti ritual yang dipersembahkan untuk Kami,
sedangkan menurut pengertian sekularisme berarti festival, perayaan atau hari
libur perayaan.
Matsuri diadakan di banyak tempat di Jepang dan pada umumnya diselenggarakan jinja atau kuil, walaupun ada juga matsuri yang diselenggarakan gereja dan matsuri yang tidak berkaitan dengan institusi keagamaan.
Matsuri diadakan di banyak tempat di Jepang dan pada umumnya diselenggarakan jinja atau kuil, walaupun ada juga matsuri yang diselenggarakan gereja dan matsuri yang tidak berkaitan dengan institusi keagamaan.
Di
daerah Kyushu, matsuri yang dilangsungkan pada musim gugur disebut Kunchi. Sebagian besar matsuri diselenggarakan dengan maksud untuk
mendoakan keberhasilan tangkapan ikan dan keberhasilan panen (beras, gandum,
kacang, jawawut, jagung), kesuksesan dalam bisnis, kesembuhan dan kekebalan
terhadap penyakit, keselamatan dari bencana, dan sebagai ucapan terima kasih
setelah berhasil dalam menyelesaikan suatu tugas berat. Matsuri juga diadakan
untuk merayakan tradisi yang berkaitan dengan pergantian musim atau mendoakan
arwah tokoh terkenal. Makna upacara yang dilakukan dan waktu pelaksanaan
matsuri beraneka ragam seusai dengan tujuan penyelenggaraan matsuri. Matsuri
yang mempunyai tujuan dan maksud yang sama dapat mempunyai makna ritual yang berbeda
tergantung pada
daerahnya.
Pada penyelenggaraan matsuri hampir selalu bisa
ditemui prosesi atau arak-arakan Mikoshi, Dashi (Danjiri) dan Yatai yang
semuanya merupakan nama-nama kendaraan berisi Kami atau objek pemujaan. Pada
matsuri juga bisa dijumpai Chigo (anak kecil dalam prosesi), Miko (anak gadis
pelaksana ritual), Tekomai (laki-laki berpakaian wanita), Hayashi (musik khas
matsuri), penari, peserta dan penonton yang berdandan dan berpakaian bagus, dan
pasar kaget beraneka macam makanan dan permainan.
Hanami
(hana wo miru = melihat bunga) atau ohanami adalah tradisi Jepang dalam
menikmati keindahan bunga, khususnya bunga sakura. Mekarnya bunga sakura
merupakan lambang kebahagiaan telah tibanya musim semi. Selain itu, hanami juga
berarti piknik dengan menggelar tikar untuk pesta makan-makan di bawah pohon
sakura. Rombongan demi rombongan berpiknik menggelar tikar dan duduk-duduk di
bawah pepohonan sakura untuk bergembira bersama, minum sake, makan makanan khas
Jepang, dan lain-lain layaknya pesta kebun. Semuanya bergembira. Ada kelompok
keluarga, ada kelompok perusahaan, organisasi, sekolah dan lain-lain
Di Jepang, terdapat kebudayaan
tradisional yang disebut “dou/do” (artinya “jalan”). Ada kadou yang merupakan
seni merangkai bunga, sadou yang menitikberatkan keindahan gerakan melalui
etiket, koudou yang memungkinkan kita menikmati bau harum, shodou yang
mengetengahkan keindahan huruf menggunakan kuas dan tinta, dan berbagai seni
bela diri seperti judo yang termasuk dalam cabang olahraga, kendo, karatedo,
aikido, dan kyudo (seni memanah). Baik seni bela diri maupun jalan seni
bukanlah sekadar persaingan kekuatan atau keahlian, melainkan juga merupakan
budaya khas Jepang yang menuntut keindahan gerakan dan spiritualitas. Selain
itu, “dou” tidak memiliki titik akhir, melainkan sesuatu yang terus ditekuni
seumur hidup. Menggembleng juga merupakan karakteristik “dou”.
Kabuki
adalah sebuah bentuk teater klasik yang mengalami evolusi pada awal abad ke-17.
Ciri khasnya berupa irama kalimat demi kalimat yang diucapkan oleh para aktor,
kostum yang super-mewah, make-up yang mencolok (kumadori), serta penggunaan
peralatan mekanis untuk mencapai efek-efek khusus di panggung. Make-up menonjolkan
sifat dan suasana hati tokoh yang dibawakan aktor. Kebanyakan lakon mengambil
tema masa abad pertengahan atau zaman Edo, dan semua aktor, sekalipun yang
memainkan peranan sebagai wanita, adalah pria.
B.
Adat Istiadat
Jepang
Adat istiadat merupakan kebiasaan
sosial yang sejak lama ada dalam masyarakat dengan maksud mengatur tata tertib.
Ada pula yang mengikat norma dan kelakuan di dalam masyarakat, sehingga dalam
malakukan suatu tindakan mereka akan memikirkan dampak akibat dari berbuatannya
atau sekumpulan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannyakarena bersifat
kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang memilikinya.
§ Orang Jepang dalam hubungan sosial biasanya
menggunakan bahasa yang halus dan tidak angkuh. Saat bertemu biasanya
membungkukkan badan dan terkadang juga bersalaman.
§ Dalam hubungan berkomunikasi dengan negara lain, pastilah
kita harus menyesuaikan dengan adat istiadat dari negara - negara tersebut agar
tidak ada kesalahpahaman dalam berkomunikasi apa lagi menyangkut sensitivitas
dari masing-masing daerah. Orang Jepang lebih menyukai jabatan tangan yang
ringan dengan orang yang belum dia kenal.
§ Adat istiadat di Jepang mengharuskan seesorang makan
sambil duduk sembari menggunakan sumpit. Sumpit sendiri berasal dari daratan
China dan para era Nara (710-794) menggunakan sepasang sumpit sudah mulai
diikuti oleh penduduk negeri samurai ini.
§ Masyarakat Jepang percaya bahwa kekuatan misterius
para dewa menyebabkan tanaman selalu berdaun hijau sepanjang tahun dan tidak
merontokkan daunnya di musim dingin.
C. Perilaku
Masyarakat Jepang
Perilaku
atau sistem tingkah laku adalah perwujudan daripada kepercayaan dan nilai-nilai
yang dipedomani
oleh setiap kebudayaan. Menurut Ruben (1954, 129-155) perwujudan tingkah laku
itu adalah melalui simbol-simbol verbal seperti bahasa yang digunakan baik
lisan maupun tulisan dan melalui symbol-simbol nonverbal seperti gerakan
badaniah/bahasa tubuh, penampilan, persepsi indrawi, penggunaan ruang dan jarak
serta penggunaan waktu. (Lusiana, 2012 :70).
Berikut ini prilaku Masyarakat Jepang :
§ Rasa
Malu, budaya malu ini membawa pengaruh negatif dalam prilaku kehidupan
masyarakat Jepang, adalah prilaku bunuh diri yang dikenal dengan “harakiri”.
Lebih baik mati daripada menanggung rasa malu. Ini adalah salah satu efek
negatif dari rasa malu
§ Tertib
dan Disiplin, Bagaimana masyarakat Jepang bersikap terhadap peraturan lalu
lintas adalah suatu nyata. Seperti, orang
Jepang lebih senang memakai jalan memutar dari pada mengganggu pengemudi di
belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan raya. Bagaimana taatnya
mereka untuk menunggu lampu traffice light menjadi hijau, meskipun di jalan itu
sudah tidak ada kendaraan yang lewat lagi.
§ Mereka
sangat mengahargai waktu, disana
mereka berangkat kerja dan sekolah sangat pagi dan jarang sekali ada yang
telat, itu juga dikarenakan mereka lebih suka berangkat dengan kendaraan umum
seperti kereta, daripada berangkat dengan kendaraan pribadi mereka.
§ Sopan
dan Santun, Masyarakat Jepang sangat terlatih refleksnya untuk mengatakan
gomennasai (maaf) dalam setiap kondisi yang tidak mengenakan orang lain.
§ Memberi
hormat, membungkuk merupakan hal
yang bagi masyarakat Jepang untuk memberi salam atau meminta maaf. Dari saat
mereka memasuki sekolah dasar, orang Jepang belajar untuk menghormati orang tua
– dan membungkuk adalah bagian dari itu. Tunduk pada teman pada diambil sudut 30
derajat sedangkan untuk atasan di tempat kerja atau orang tua dan orang-orang
yang di hormati lain nya pada sudut 70 derajat di ikuti dengan tutur bahasa
yang sopan. Ketika memanggil orang yang lebih tua harus selalu menambahkan
“san”, yang merupakan nama kehormatan untuk mereka.
§ Jepang
bisa maju seperti sekarang ini karena mereka rajin belajar, murid murid di
Jepang biasa belajar sampai lebih dari 12 jam, dari pagi jam 08.00 sampai
17.00. Setelah selesai di sekolah mereka tidak langsung pulang tapi mereka
belajar di Juku ( semacam bimbingan belajar). Mereka belajar di Juku bisa
sampai jam 22.00 dan baru pulang sekitar jam 24.00. Dan hal ini menjadikan
orang Jepang untukgiat bekerja saat telah menyelesaikan pendidikan.
§ Identitas
Kolektif, masyarakat Jepang cenderung menganut identitas kolektif (kelompok)
sebagai sebuah kebanggaan. Kultur kebersamaan ini bisa terlihat jika kita sudah
bergabung dengan komunitas tertentu, misalnya di laboratorium, unit kegiatan
mahasiswa, atau perusahaan. Perilaku
bekerja sama dan terbiasa dalam teamwork ini sesuai dengan Konsep Wa yakni
salah satu pilar nilai dalam budaya jepang yang berarti harmoni. Wa mengandung
makna mengedepankan semangat teamwork, menjaga hubungan baik, dan menghindari
ego individu.
§ Dalam
tata cara makan di Jepang, menyeruput makanan Anda, terutama sup atau ramen,
benar-benar dapat diterima. Bahkan, itu dianggap sebagai cara yang tepat untuk
menikmati rasa ramen sepenuhnya. Bahkan ini adalah cara mereka untuk menghargai
tuan rumah ataupun koki yang sudah menyiapkan makanan.
§ Sikap
Duduk, Masyarakat Jepang juga memiliki sikap duduk yang unik yakni duduk dengan
sikap “Seiza”(duduk dengan kaki terlipat di bawah pantat), secara harfiah
diterjemahkan sebagai “duduk yang tepat.”
§ Tata
Cara Makan, setia anak-anak di Jepang diajarkan untuk memakan setiap potongan terakhir dari
makanannya, termasuk butiran nasi, sebelum beranjak dari meja.
§ Jika
diundang ke sebuah pesta minum (“nomikai”), jangan menuangkan bir hanya untuk
diri sendiri dan mulai minumnya. Sikap yang baik mengharuskan kalian untuk
‘toast‘ terlebih dahulu, angkat gelas dengan satu tangan dan mengatakan
“Kanpai!” (Cheers!) Biasanya, ketika mengambil tempat duduk, pelayan akan
memberikan “oshibori” (handuk basah kecil) untuk membersihkan tangan.
§ Budaya
di Jepang mengharuskan kita melepas sepatu saat memasuki rumah atau berkunjung
ke rumah orang Jepang. Di setiap rumah tersedia sandal untuk kita pakai saat
berada di dalam rumah.
§ Ada
banyak spa dan pemandian umum di kota-kota dan daerah pedesaan di Jepang. Gaya
mandi Jepang berbeda dengan di Barat atau di Indonesia.
§ Di
jepang juga terkenal dengan kebiasaan membaca. Dimanapun dan kapanpun bisa
mereka manfaatkan untuk membaca misalnya di kereta api, di taman, di toko buku
dan tempat lainnya.
§ Dalam
hal keuangan, orang Jepang terkenal dengan sifat yang hemat dan tidak suka
berprilaku konsumtif. Hal ini kenapa orang Jepang sering berbelanja pada pukul
19.30 karena pada jam-jam seperti ini biasanya supermarket memberikan diskon. Di Jepang kita tidak perlu memberi tip kepada
pegawai hotel, bar dan staf restoran, sopir taksi, dan sebagainya. Bahkan,
memberi seseorang tip akan mempermalukan mereka, karena itu merupakan hal yang
sedikit agak kasar untuk dilakukan di Jepang,
§ Salah
satu nilai baik yang ditanamkan sejak dini adalah mengenai kemandirian. Sejak
kecil anak-anak di Jepang diajar untuk mandiri sehingga anak-anak sudah
terbiasa pergi dan pulang sekolah sendiri tanpa dijemput oleh orang tuanya.
§ Bangsa
Jepang juga dikenal karena semangat pantang menyerah, karena dalam budaya
mereka tidak ada prinsip kegagalan. Yang ada hanyalah kurang berusaha, oleh
karenanya mereka terbiasa menjadi orang-orang yang ulet dan pantang menyerah.
§ Jepang
dikenal beberapa kebiasaan buruk yang biasa dilakukan masyarakat ini seperti
kebiasaan jarang mandi. Mereka
mandi hanya seminggu sekali di pemandian air panas (onsen), dan yang menarik
mereka mandi beramai-ramai dan tanpa menggunakan busana sehelaipun.
§ Orang
Jepang sering bunuh diri. Mereka biasa bunuh diri di awal tahun atau akhir
tahun, biasanya mereka bunuh diri karena mereka malu, banyak diantaranya
pelajar yang tidak lulus, ada juga yang bunuh diri karena lilitan hutang,dan
masih banyak penyebab mereka bunuh diri.
Namun jika bunuh diri dengan cara menabrakkan diri ke kereta, akan
didenda sebesar 10M.
§ Prosedural,
Well Organized, Tekun, dan Teliti. Sifat-sifat ini turunan dari karakter yang
menghargai usaha, untuk
meraih hasil yang memuaskan.
Orang Jepang memang sangat cocok untuk jenis pekerjaan yang berupa rutinitas
dan membutuhkan ketelitian.
BAB III
KESIMPULAN
Jepang
merupakan salah satu Negara yang menjadi “barometer” bagaimana sebuah budaya
dalam sosial masyarakat dapat terinternalisasi dengan sangat baik dan mereka
sangat konsisten dengan budaya yang mereka yakini tersebut serta berusaha
menjaga dan melestarikannya sehingga sampai saat ini, dan dapat kita lihat
bahwa budaya Jepang masih menjadi contoh dan teladan tentang bagaimana pengaruh
budaya yang sangat kuat pada kehidupan sehari-hari masyarakat yang ada
didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar