TUGAS
IV
ILMU
BUDAYA DASAR
PANDANGAN HIDUP SOCRATES
Dosen : Auliya Ar Rahma
Oleh
Ira Rochimah
1C114882
1KA08
SISTEM
INFORMASI
FAKULTAS
ILMU KOMPUTER TEKNOLOGI INFORMASI
MEI 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata
“filsafat” berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata “philos” dan
“Shopia”. Philos artinya cinta yang sangat mendalan, dan sophia artinya
kearifan atau kebijakan. Jadi arti filsafat secara hrfiah adalah cinta yang
sangat mendalam terhadapat kearifan atau kebijakan. Filsafat dapat diartikan
sebagai suatu pendirian hidup (individu) dan dapat juga disebut pandangan hidup
(masyarakat).
Secara
etimologi Kata Filsafat dalam bahasa arab adalah falsafah yang dalam bahasa
inggris di kenal dengan istilah philosophy adalah bersal dari bahasa Yunani
philosophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein yag berarti cinta
(love) dan sophia yang berarti kebijakasanaan (Wisdom), sehingga secara
etimologi Filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love ofwisdom). Seorang
Filsafat adalah pencinta atau pencari kebijaksanaan. secara terminology Arti
terminologi maksudnya arti yang di kandung oleh istilah-istilah stemen
“Filsafat”. Istilah filsafat menurut beberapa ahli sebagai berikut :
·
Plato
( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
·
Aristoteles
( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas
segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas
penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
·
Cicero
( (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother
of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni
kehidupan )
·
Johann
Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari
ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan
sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan
seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
· Paul
Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak
menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang
sama, yang memikul sekaliannya .
· Imanuel
Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan
pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
o
Apakah
yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )
o
Apakah
yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )
o
Sampai
dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )
o
Apakah
yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )
· Notonegoro
: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang
mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
· Driyakarya
: filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada
dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa
yang penghabisan “.
· Sidi
Gazalba : Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran ,
tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik
dan universal.
· Harold
H. Titus (1979 ) : (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap
kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah
suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu
pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan
tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah
yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli
filsafat.
· Hasbullah
Bakry : Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai
pengetahuan itu.
B.
Rumusan Masalah
a.
Biografi tokoh
filsuf Socrates
b.
Pandangan hidup
menurut Socrates
BAB II
ISI
Socrates (470 SM – 399
SM) adalah filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan salah satu figur paling
penting dalam tradisi filosofis Barat. Socrates lahir di Athena, tanggal 4 Juni
470 SM, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar di Yunani,
yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Plato dan Aristoteles merupakan murid
Socrates. Ayah Socrates berprofesi sebagai pemahat patung dari batu (stone
mason) bernama Sophroniscos. Ibunya adalah seorang bidan yang bernama Phainarete,
dari sinilah Socrates menamakan metodenya berfilsafat dengan metode kebidanan.
Socrates beristri seorang perempuan bernama Xantippe dan dikaruniai tiga orang
anak yaitu Ramprocles, Sophroniscos dan Menexene. Socrates adalah sosok tokoh
filosuf yang penuh teka-teki dalam sejarah perkembangan filsafat. Ia tidak
pernah menulis sebaris kalimatpun dalam sebuah tulisan.
Masa
hidup Socrates sezaman dengan kaum sofis. Ia terkenal sebagai orang yang
berbudi baik, jujur, dan adil. Cara menyampaikan pemikirannya kepada para
pemuda ia menggunakan metode tanya jawab. Sebab itu ia memperoleh banyak
simpati dari para pemuda di negerinya. Namun ia juga kurang disenangi oleh
orang banyak dengan menuduhnya sebagai orang yang merusak moral para pemuda
negerinya. Selain itu ia juga dituduh menolak dewa-dewa atau tuhan-tuhan yang
telah diakui negara.
Kelanjutan
dari tuduhan terhadap dirinya menjadikan ia diadili oleh pengadilan Athena.
Dalam proses pengadilan ia mengatakan pembelaanya yang kemudian ditulis oleh
Plato dalam naskahnya yang berjudul Apologi. Plato mngisahkan adanya tuduhan
itu. Tuduhan mengatakan bahwa Sokrates tidak hanya menentang agama yang diakui
oleh Negara, akan tetapi juga mengajarkan agama baru buatannya sendiri. Salah
seorang yang mendakwanya yaitu Melithus, mengatakan bahwa dia adalah seorang
tak-berTuhan dan menambahkan: Socrates berkata matahari adalah batu dan bulan
adalah tanah. Socrates tentu saja mengatakan bahwa tuduhan baru yang mengatakan
dia atheis ini bertentangan dengan dakwaan sebelumnya, dan selanjutnya ia
memaparkan berbagai pendangan yang lebih luas.
Buku
Apologi memberi gambaran jelas tentang sosok manusia tertentu: seorang manusia
yang sangat percaya diri, berjiwa besar, tak peduli pada kesukaan duniawi,
yakni bahwa ia dibimbing oleh suara illahi, dan yakin bahwa penalaran yang
jernih adalah syarat terpenting untuk hidup secara benar. Dalam Apologi,
Socrates membela dirinya bukanlah demi kepentingannya sendiri, melainkan demi
kepentingan para hakim. Menurutnya, para hakim adalah nyamuk masyarakat,
dikirim dewa ke negeri itu, dan tak mudah menemukan orang lain semacam dia
(Socrates). Sokrates menjawab (menyangkal) tuduhan itu, dan menanyakan
kepadanya , siapakah orang yang memperbaiki pemuda. Melithus menjawab mula-mula
para hakim, kemudian terdesak sedikit mengatakan bahwa semua orang Athena
kecuali Sokrates memperbaiki pemuda. Sokrates mengucapkan selamat bahwa Athena
memiliki nasib baik untuk memiliki begitu banyak orang yang berusaha
memperbaiki pemuda, dan orang-orang baik tentu lebih pantas untuk dipergauli
dari pada orang jelek, maka dari itu ia tidak akan dapat menjadi begitu bodoh
untuk dapat merusak mereka dengan sengaja. Setelah keputusan dibacakan, ia
ditolak hukuman alternatif sebesar tiga puluh minae (yang untuk ini Socrates menyebut
nama Plato sebagai salah seorang yang sanggup membayarnya, dan hadir dalam
sidang itu), dan Sokrates menyampaikan pidato terakhiranya tentang kematian. Ia
mengatakan bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya, kematian merupakan
terpisahnya jasad dari ruh untuk melanjutkan ke dunia selanjutnya. Dalam proses
pengadilan Socrates dinyatakan bersalah dengan suara 280 melawan 220 (Bertens,
1975:82). Ia dituntut hukuman mati. Sokrates dihukum mati dengan meminum racun,
ada yang menyebutkan racun dari tumbuhan cemara, yang jelas racun itu yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Cara
matinya juga memberikan contoh, betapa seorang filosof setia kepada ajarannya
dan tetap menggenggam teguh keyakinanya meskipun nyawa menjadi taruhannya.
Sokrates telah meninggal dunia, tetapi nama dan pemikiran-pemikirannya tetap
hidup untuk selama-lamanya. Socrates merupakan orang yang biasa-biasa saja,
semua orang sepakat bahwa raut muka Socrates amat buruk, hidungnya papak dan
perutnya begitu gendut; ia “lebih jelek ketimbang para Silenus dalam drama
Satiris” (Xenopon, Symposium). Ia selalu mengenakan pakaian kumal dan tua,
kemanapun ia pergi selalu bertelanjang kaki. Sikapnya yang tak peduli pada
panas dan dingin, lapar dan haus mengherankan semua orang. Dalam Symposium,
Alkibiades yang mengisahkan Socrates ketika menjalani tugas militer bahwa dia
lebih tanggung dibandingkan teman-teman lainnya. Ketika dalam keadaan terputus
dalam perbekalan dan terpaksa berangkat tanpa makanan, dia tetap perkasa
dibandingkan yang lain. Pada saat itu cuaca sedang beku, tanpa menghiraukan
rasa dingin dia tetap melangkah dengan pasti diatas tumpukan es yang membatu
dengan berpakaian seperti biasanya, kumal dan bertelanjang kaki. Kemampuan
mengendalikan semua nafsu jasmani terus-menerus ditonjolkan. Dia jarang minum
anggur, namun selagi dia mau, dia lebih kuat minum dibanding semua orang.
B. Pandangan Hidup “Socrates”
Kaum
sofis hidup sejaman dengan Socrates, dan memang ada kesamaan pendapat diantara
keduanya itu. Menurut Cicero, Socrates memindahkan filsafat dari langit ke
bumi, artinya sasaran yang diselidiki bukan lagi jagat raya, melainkan manusia.
Akan tetapi bukan hanya Socrates yang membuat demikian, kaum sofis juga. Mereka
juga menjadikan manusia sasaran pemikiran mereka. Itulah sebabnya Aristophanes
menyebut Socrates seorang sofis. Sekalipun demikian ada perbedaan yang besar
antara Socrates dan kaum sofis. Filsafat Socrates adalah suatu reaksi dan suatu
kritik terhadap kaum sofis. Sebutan “sofis” mengalami perkembangan sendiri.
Sebelum abad ke-5 istilah itu berarti: sarjana, cendekiawan. Pada abad ke-4
para sarjana atau cendekiawan bukan lagi disebut “sofis”, tetapi “filosofis”,
filsuf, sedang sebutan “sofis” dikenakan untuk para guru yang berkeliling dari
kota ke kota untuk mengajar. Akhirnya sebutan “sofis” tidak harum lagi, karena
seorang sofis adalah orang yang menipu orang lain dengan memakai alasan-alasan
yang tidak sah. Para guru berkeliling itu dituduh sebagai orang-orang yang
minta uang bagi ajaran mereka.
Ajaran
bahwa semua kebenaran itu relatif telah menggoyangkan teori-teori sains yang
telah mapan, mengguncangkan keyakinan agama. Ini menyebabkan kebingungan dan
kekacauan dalam kehidupan. Inilah sebabnya Socrates bangkit. Ia harus
meyakinkan orang Athena bahwa tidak semua kebenaran itu relatif, ada kebenaran
umum yang dapat dipegang oleh semua orang. Sebagian kebenaran memang relatif,
tetapi tidak semuanya. Sayangnya, Socrates tidak meninggalkan tulisan. Kaum
sofis beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relatif kebenarannya, tidak ada
pengetahuan yang bersifat umum. Dengan definisi itu Socrates dapat membuktikan
kepada kaum sofis bahwa pengetahuan yang umum itu ada, yaitu definisi itu
sendiri. Jadi, kaum sofis tidak seluruhnya benar, yang benar ialah sebagian
pengetahuan bersifat umum dan sebagian bersifat khusus, yang khusus itulah
pengetahuan yang kebenarannya relatif.
Ajarannya
dapat diperolah dari tulisan murid-muridnya, terutama Plato. Bartens
menjelaskan ajaran Socrates itu ditujukan untuk menentang ajaran relativisme
sofis. Ia ingin menegakkan sains dan agama. Cara sokrates memberikan ajarannya
adalah ia mendatangi orang dengan bermacam-macam latar belakang mereka,
seperti: ahli politik, pejabat, tukang dan lain-lain. Metode itu bersifat
praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan. Ia menganalisis
pendapat-pendapat. Setiap orang mempunyai pendapat mengenai salah dan tidak
salah, adil dan tidak adil, berani dan pengecut, dsb. Socrates selalu
menanggapi jawaban pertama sebagai hipotesis dan dengan jawaban-jawaban lebih lanjut
dan menarik konsekuensi-konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban-jawaban
tersebut. Jika ternyata hipotesis pertama tidak dapat dipertahankan, karena
menghasilkan konsekuensi yang mustahil, maka hipotesis itu diganti dengan
hipotesis lain, lalu hipotesis kedua ini diselidiki dengan jawaban-jawaban
lain, dan begitu seterusnya. Sering terjadi percakapan itu berakhir dengan
aporia (kebingunan). Akan tetapi, tidak jarang dialog itu menghasilkan suatu
definisi yang dianggap berguna. Metode yang biasa digunakan Socrates biasanya
disebut dialektika. Menurut Plato, dialektika dalam pengertian sebagai metode
untuk menggali pengetahuan dengan cara tanya jawab, bukan ditemukan oleh
Socrates. Agaknya metode ini pertama kali dipraktikkan secara sistematis oleh Zeno,
murid Parmenindes; dalam dialog Plato berjudul Parmenindes, Zeno mengungguli
Socrates lewat cara yang sama dengan yang terjadi dalam dialog-dialog Plato
lainnya di mana Socrates mengungguli orang-orang lain. Namun ada cukup alasan
untuk menduga bahwa Socrates mempraktikkan sekaligus mengembangkan merode ini.
Metode Socrates dinamakan dialektika karena dialog mempunyai peranan penting
didalamnya. Sebutan yang lain ialah maieutika, seni kebidanan, karena cara ini
Socrates bertindak seperti seorang bidan yang menolong kelahiran bayi
“pengertian yang benar”.
Dengan
cara bekerja yang demikian itu Socrates menemukan suatu cara berfikir yang
disebut induksi, yaitu: menyimpulkan pengetahuan yang sifatnya umum dengan
berpangkal dari banyak pengetahuan tentang hal khusus. Misalnya: banyak orang
yang menganggap keahliannya (tukang besi, tukang sepatu, pemahat, dll) sebagai
keutamaannya. Seorang tukang besi berpendapat, bahwa keutamaannya adalah
jikalau ia membuat alat-alat dari besi yang baik. Seorang tukang sepatu
menganggap sebagai keutamaanya, jikalau ia membuat sepatu yang baik. Demikian
seterusnya. Untuk mengetahui apakah “keutamaan” pada umumnya, semua sifat
khusus keutamaan-keutamaan yang bermacam-macam itu harus disingkirkan.
Tinggallah keutamaan yang sifatnya umum. Demikianlah dengan induksi itu
sekaligus ditemukan apa yang disebut definisi umum. Definisi umum ini pada
waktu itu belum dikenal. Socrateslah yang menemukannya, yang ternyata penting
sekali bagi ilmu pengetahuan. Bagi Socrates definisi umum bukan pertama-tama
diperlukan bagi keperluan ilmu pengetahuan, melainkan bagi etika. Yang
diperlukan adalah pengertian-pengertian etis, seperti umpamanya: keadilan,
kebenaran, persahabatan dan lain-lainya.
Socrates
juga mengatakan bahwa jiwa manusia bukanlah nafasnya semata-mata, tetapi asas
hidup manusia dalam arti yang lebih mendalam. Jiwa itu adalah intisari manusia,
hakekat manusia sebagai pribadi yang bertanggung jawab. Oleh karena jiwa adalah
intisari manusia, maka manusia wajib mengutamakan lebahagiaan jiwanya
(eudaimonia = memiliki daimon atau jiwa yang baik), lebih dari pada kebahagiaan
tubuhnya atau kebahagiaan yang lahiriah, seperti umpamanya: kesehatan dan
kekayaan. Manusia harus membuat jiwanya menjadi jiwa yang sebaik mungkin.
Jikalau hanya hidup saja, hal tersebut belum ada artinya. Pendirian Socrates
yang terkenal adalah “Keutamaan adalah Pengetahuan”. Keutamaan di bidang hidup
baik tentu menjadikan orang dapat hidup baik. Hidup baik berarti mempraktekkan
pengetahuannya tentang hidup baik itu. Jadi baik dan jahat dikaitkan dengan
soal pengetahuan, bukan dengan kemauan manusia.
Pada
bagian kisah terakhir dalam hidup Socrates, dimana ia menyampaikan pandangan
tentang apa yang terjadi sesudah mati, ia benar-benar yakin pada imortalitas. Socrates telah percaya bahwa ada kehidupan setelah mati, dan mati merupakan
perpindahan jiwa manusia ke dunia selanjutnya. Orang mati hanya meninggalkan
jasad. Socrates berpendapat bahwa ruh itu telah ada sebelum manusia, dalam
keadaan yang tidak kita ketahui. Kendatipun ruh itu telah bertali dengan tubuh
manussia, tetapi diwaktu manusia itu mati, ruh itu kembali kepada asalnya
semua. Diwaktu orang berkata kepada Socrates, bahwa raja bermaksud akan
membunuhnya. Dia menjawab: “Socrates adalah di dalam kendi, raja hanya bisa
memecahkan kendi. Kendi pecah, tetapi air akan kembali ke dalam laut”.
Maksudnya, yang hancur luluh adalah tubuh, sedangkan jiwa adalah kekal (abadi).
BAB III
KESIMPULAN
Socrates
merupakan seorang filsuf Yunani kuno yang lahir di Athena pada tahun 470 SM
yang merupakan tokoh paling penting dalam filosofis negara barat. Dia adalah
orang yang sederhana, yang selalu berpakaian tua dan kumal serta tidak pernah
memakai alas kaki. Dia adalah orang yang baik, jujur dan adil. Ayah Socrates
adalah soorang pemahat patung dan ibu Socrates adalah seorang bidan yang
kemudian dengan pekerjaan ibunya itu dia mendapat inspirasi tentang pemikiran
yang dilakukan oleh seorang bidan. Filsafat Pra Sokrates hanya membahas tentang
Obyek alam, sedangkan Sokrates disamping membahas alam juga membahas manusia,
jiwa, dan yang lainya.
Dari
hal tersebut timbullah pemikiran-pemikiran yang sangat bermanfaat sampai
sekarang ini. Adapun pemikiran-pemikirannya adalah sebagai berikut:
· Pemikiran
tentang adanya kebenaran umum, karena Socrates berfikir bahwa tidak semua
kebenaran itu bersifat relatif atau disebut juga cara berfikir induksi, yaitu
menyimpulkan pengetahuan yang sifatnya umum dengan berpangkal dari banyak
pengetahuan tentang hal yang bersifat khusus.
· Metode
dialektika, yang sebenarnya telah diterapkan oleh seorang filsuf bernama Zeno
yang merupakan murid dari Parmenindes. Meskipun demikian, Socrateslah yang
mengembangkan metode ini. Cara kerjanya adalah seperti nama metodenya yaitu
dengan cara bertanya-jawab atau berdialog. Metode ini juga disebut dengan
maieutika atau seni kebidanan.
· Pemikiran
tentang “keutamaan adalah pengetahuan” jadi semua hal dikaitkan dengan
pengetahuan yang telah ada. Bahkan Socrates telah menjelaskan bahwa baik dan
jahat dalam kehidupan manusia dikaitkan dengan pengetahuan, bukan dengan
kemauan manusia.
· Pemikiran
tentang adanya manusia yang abadi atau imortalitas. Socrates berpendapat bahwa
orang yang mati hanya meninggalkan jasad, dan ruhnya akan menuju ke alam
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA